KETERKAITAN ANTARA PENGANGGURAN DENGAN INFLASI
PENGANGGURAN
Pengangguran berlaku apabila seseorang yang boleh bekerja dan mahu
bekerja tetapi tidak dapat mendapat pekerjaan.
Mereka ini digolongkan dalam tenaga buruh sesebuah negara, iaitu mereka yang
berumur 16 ke 64 tahun dan sanggup bekerja.
Dalam masyarakat di mana kebanyakan orang boleh mencari nafkah dengan
bekerja dengan orang lain, pengangguran adalah masalah serius. Kesan negatifnya
termasuk kehilangan, perasaan ditolak dan kegagalan peribadi, dan kerana itu
pengangguran digunakan secara secara meluas untuk mengukur kebajikan pekerja.
Kadar pekerja yang menganggur juga menunjukkan tahap kecekapan penggunaan
sumber manusia sesebuah negara dan menjadi indeks bagi aktiviti ekonomi.
Menurut pakar ekonomi Keynes, sesebuah negara yang mempunyai kadar pengangguran 4%
atau kurang menunjukkan negara tersebut telah mencapai guna tenaga penuh.
PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN
Pengangguran boleh disebabkan kepada beberapa faktor termasuk geseran
atau normal (friksional), bermusim, berstruktur dan berkitar (cyclical).
Pengangguran geseran atau normal berlaku apabila pekerja berhenti kerja
dan mencari pekerjaan tetapi tidak menjumpainya serta merta; dan ketika itu
mereka dikira sebagai penganggur. Friksional ini merujuk kepada ketaksesuaian
di antara permintaan dan bekalan buruh. Pengangguran jenis ini berlaku
sementara sahaja sehingga pekerja menjumpai pekerjaan yang mereka mahukan.
Pengangguran bermusim berlaku contohnya apabila industri mengalami musim
yang lembab seperti dalam pembinaan, pesawah padi tidak turun ke bendang
apabila selesai musim menuai, dan nelayan pula tidak turun ke laut untuk
menangkap ikan pada musim tengkujuh.
Pengangguran berstruktur muncul daripada ketakseimbangan di antara jenis
pekerjaan yang pekerja mahu dan jenis pekerja yang majikan mahu.
Ketakseimbangan ini boleh disebabkan oleh kekurangan kemahiran, lokasi, atau
karektor peribadi. Pembangunan teknologi misalnya menyebabkan keperluan
kemahiran baru dalam banyak industri, menyebabkan mereka yang tidak
mengemaskini kemahiran mereka kehilangan pekerjaan. Dan kilang dalam industri
yang merosot akan tutup yang menyebabkan pekerja mereka hilang pekerjaan.
Pengangguran berkitar disebabkan oleh kekurangan permintaan bagi buruh.
Apabila kitaran perniagaan menjunam contohnya dalam kemelesetan ekonomi,
permintaan bagi barang dan perkhidmatan jatuh; akibatnya pekerja diberhentikan.
INFLASI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi
barang.[1]
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan,
sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga
berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat
antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi
apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
PENYEBAB TERJADINYA INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan
(kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan)
produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau
juga termasuk kurangnya distribusi).[rujukan?]
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg:
demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu
kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume
likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral
dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai
dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg:
cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau
juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak
ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata
permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya
masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi
spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
Meningkatnya
biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu :
kenaikan harga,
misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan
mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
HUBUNGAN PENGANGGURAN DENGAN INFLASI
Menurut J.M Keyness,
hubungan antara variavel moneter dengan variabel ekonomi riil sangat kuat.
Model klasik menyatakan bahwa harga termasuk upah ditentukan oleh mekanisme
pasar dan penyesuaian upah nomial tidak ada pada periode tertentu. Model
Keynessian menyatakan bahwa ada kemungkinan kuantitas penawaran dan permintaan
tenaga kerja tidak sama dan kemungkinan yang sering terjadi adalah kelebihan
penawaran tenaga kerja. Hubungan antara tingkat harga dengan tingkat
pengangguran tenaga kerja dijelaskan oleh Kurva Phillips yang menyatakan bahwa
tingkat upah nominal pada periode tertentu dapat dijelaskan oleh tingkat
pengangguran sekarang (Manurung,2009:223).
Dari definisi ini, ada
tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi
(Rahardja dan Manurung,2008:249):
a. Kenaikan harga
b. Bersifat umum
c. Berlangsung
terus menerus
Sedangkan pengertian dari
pengangguran yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik, antara lain
pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep seluruh
angkatan yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali atau
yang pernah bekerja sebelumnya. Sedangkan setengah penganggur adalah pekerja
yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan
jam kerja rendah atau kurang dari 35 jam kerja dalam seminggu, setengah
penganggur sukarela adalah setengah penganggur tapi tidak mencari pekerjaan
atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (pekerja paruh waktu). Setengah
penganggur terpaksa adalah setengah penganggur yang mencari dan bersedia menerima
pekerjaan. Pekerja digolongkan setengah penganggur parah bila ia termasuk
setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu
(Kuncoro,2006:228).
Tingkat pengangguran dapat
dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan
kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur
harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia,
dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh banyak orang.
Pada tahun 1958, pada
dasawarsa dimana para pemikir ekonomi sedang ramai-ramainya bertukar pikiran
mengenai teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan hubungan yang erat
antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal. Penemunannya
ini diperolehnya dari hasil pengolahan data empirik perekonomian inggris untuk
periode 1861-1957. Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan
tingkat upah nominal dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di atas
biasa disebut dengan kurva phillips dalam bentuk asli. Di samping itu, ada juga
kurva phillips dalam bentuk versi baru yang biasa disebut dengan kurva phillips
yang sudah direvisi yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar